top of page

Panduan Pemula untuk Masa Penantian dan Berpacaran



Belakangan ini viral di media sosial nama Satria Mahatir dengan perbuatan-perbuatan kontroversialnya. Ia mengungkapkan telah meniduri sebanyak 28 perempuan selama 20 tahun hidupnya. Satria Mahatir bahkan pernah menikah dengan seorang perempuan bernama Nindya Putri saat ia masih berumur 18 tahun. Pernikahan yang hanya seumur jagung tersebut dilangsungkan karena Satria menghamili Nindya Putri. Setelah 14 bulan pernikahan, keduanya bercerai pada tahun 2021.


Tahap remaja dimulai ketika seseorang menjadi matang secara fisik (seksual) dan usai pada saat orang tersebut mencapai usia matang secara hukum. Menurut ketentuan UU No 35/2014 Pasal I ialah pada usia 18, sedangkan menurut ketentuan Pasal 330 KUH Perdata ialah pada usia 21. Seseorang yang beranjak remaja akan mulai mencari dan mengeksplorasi identitas dirinya dengan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang lain. Tidak sedikit pula memutuskan untuk memulai hubungan yang serius dengan lawan jenis yang disukainya. Beberapa bahkan mulai berpacaran ketika ia masih di jenjang SD/SMP. Kebanyakan orang mungkin akan memaklumi dan menganggap hubungan mereka hanya sekedar bentuk rasa penasaran bocah remaja saja. Namun, tidak menutup berbagai potensi hubungan yang terlihat harmless ini berujung ke sesuatu yang lebih fatal. Satria dan Nindya hanyalah sepasang remaja dari sekian banyak remaja lainnya yang mengalami kejadian serupa.


Persiapan diri seseorang sebelum mulai berpacaran itu penting dan perlu dijadikan sebagai fondasi yang kuat. Sebelum masuk ke tahap berpacaran ada suatu proses yang dinamakan penantian. Dalam proses penantian inilah persiapan diri perlu dilakukan sehingga ketika proses penantian berakhir, Anda sudah siap untuk berpacaran. Terdapat beberapa hal yang perlu dipahami dan diselesaikan terlebih dahulu supaya hubungan Anda jalin nanti kuat dan bisa berbuah juga.


Melalui Proses Penantian


Yesaya 40:31 mengatakan “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Hadir dalam versi terjemahan NKJV “But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint.


Menanti-nantikan dalam hal ini bukan hanya sekedar menantikan atau menunggu Tuhan secara pasif. Namun, kata “wait upon” pada ayat ini mengindikasikan suatu bentuk penantian yang dilakukan dengan antisipasi. Seseorang menunggu dengan berjaga-jaga seperti seorang pelayan pada restoran fine dining. Pelayan tersebut akan memiliki mata bagaikan elang yang berjaga-jaga dan siap bergerak apabila ada gelas kosong yang perlu diisi atau piring kosong yang perlu diangkat.


Seseorang mungkin memiliki daftar tipe pasangan idamannya seperti apa. Terdapat berbagai kriteria baik fisik hingga sifat yang bisa dimiliki manusia masuk dalam daftar pasangan idealnya. Ia mungkin berpikir ia mengetahui pribadi seperti apa yang baik dan akan cocok dengan dirinya. Tetapi apakah ia pernah mempertimbangkan apa yang ada dalam daftar Tuhan? Pribadi yang mengetahui anak-anak yang dikasihiNya luar dan dalam. Pribadi yang menulis kisah hidup anak-anakNya termasuk kisah cinta mereka. Ialah yang paling mengetahui orang seperti apa yang dibutuhkan, yang terbaik untuk dijadikan pasangan.


Kata “wait” dalam bahasa asli Ibraninya adalah קָוָה qāvâ” yang berarti suatu proses membuat tali dengan cara memilin benang/tali yang lebih halus/tipis di saat yang bersamaan. Semakin banyak pengalaman pribadi Anda dengan Tuhan, maka akan semakin terpilin dan semakin kuat diri Anda. Tidak hanya Anda seorang, tetapi juga komunitas Anda, bersama-sama menantikan pekerjaan Tuhan terjadi dalam hidup Anda.


“Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkhotbah 4:12)


Terdapat sebuah siklus kehidupan pelayanan keluarga yang efektif yang siklus pertamanya ialah pre-married. Pada siklus ini, persiapan-persiapan perlu mencapai target yang ditentukan untuk bisa menjunjung sebuah harapan keluarga yang melayani menjadi sebuah kenyataan. Dengan begitu, apa yang dipersiapkan pada masa ini tidaklah berdiri sendiri melainkan sebagai bagian dari sebuah siklus. Jika Anda ingin menjadi generasi muda yang bijak, Anda perlu mempertimbangkan apa yang perlu Anda siapkan untuk siklus berikutnya dan apa yang akan terjadi pada siklus itu. Masa depan Anda dipersiapkan melalui apa yang Anda kerjakan sekarang. Semuanya dilakukan dengan intensional sehingga tidak ada penyesalan atau mengharapkan kembalinya masa-masa lajang.


Pada masa penantian ini pula Anda bisa melakukan evaluasi terhadap diri Anda dalam sisi kerohanian, mental/emosi, fisik, relasi, dan pekerjaan/keuangan. Apabila masih ada sisi yang masih kosong dan perlu Anda kerjakan, sekarang inilah waktu yang tepat untuk dipenuhi dan dipersiapkan.


Memasuki Proses Berpacaran


Dalam buku Joshua Harris yang berjudul “I Kiss Dating Goodbye”, ia memaparkan 7 kebiasaan merugikan dari berpacaran.

  1. Berpacaran membuat orang-orang mau intim tetapi belum tentu akan berkomitmen antara yang satu dengan yang lainnya.

  2. Berpacaran cenderung melewati proses persahabatan.

  3. Berpacaran kerap disalahartikan sebagai sebuah hubungan percintaan dalam bentuk ekspresi tindakan fisik.

  4. Berpacaran bisa membuat seseorang mengisolasi diri dan menarik diri dari hubungan-hubungan lain.

  5. Berpacaran mengganggu fokus seseorang dalam mempersiapkan masa depannya.

  6. Berpacaran mengakibatkan rasa ketidakpuasan akan karunia kelajangan dari Tuhan.

  7. Berpacaran menghasilkan lingkungan artificial mengenai bagaimana mengevaluasi pasangan


Hal-hal ini akan terjadi tetapi bukan berarti akhirnya tidak boleh berkencan. Sama seperti ketika seseorang naik motor bisa berbahaya bisa juga tidak. Permasalahannya adalah dibutuhkan umur tertentu dan tingkat kedewasaan tertentu untuk bisa melakukan kedua hal ini sehingga terdapat bentuk pertanggungjawaban atas pilihan kehidupannya. Dengan begitu, anak-anak tidak diperbolehkan dalam area ini. Berpacaran bukanlah sebuah permainan yang menyenangkan untuk anak-anak. Baik ukuran anak-anak secara umur, maupun ukuran anak-anak secara tingkat kedewasaan.


Banyak problematika dalam hubungan berpacaran terdapat dalam kebebasan dan pertanggungjawaban. Kebebasan dalam hal kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianut, bukan berdasarkan rasa ketakutan atau pengalaman masa lalu yang tidak mengenakan. Pertanggungjawaban dalam hal kemampuan mengeksekusi relasi yang penuh kasih. Seseorang perlu bisa mengatakan ‘tidak’ jika ‘tidak’ dan mampu menolak apa yang tidak sesuai atau tidak ia inginkan. Tidak sedikit orang menemukan sisi ketidakdewasaan mereka ketika mereka mulai berpacaran. Terdapat kemampuan-kemampuan tertentu yang dibutuhkan dalam berumah tangga sehingga apa jadinya apabila tidak segera ditemukan kelemahan tersebut?


Di samping peringatan-peringatan ini, hal positif yang bisa diambil dari berpacaran adalah terbentuknya kemampuan untuk membangun hubungan dan membentuk relasi. Selain itu, juga menjadi tahu kecenderungan sifat pasangan seperti apa yang tidak kita sukai. Pada saat berpacaran mungkin kita akan merasa cocok tetapi apakah kecocokan tersebut juga akan berlaku ketika sesudah menikah nanti?


Terdapat aspek kehidupan spiritual juga yang sangat patut dipertimbangkan. Apakah dari hubungan ini akan menghasilkan buah? Apakah kerohanian Anda bisa bertumbuh dari terjalinnya hubungan ini? Berikut beberapa aspek yang perlu dibawa ke dalam hubungan berkencan.


1. Faith Story

Kisah perjalanan dan pengalaman kehidupan rohani masing-masing membentuk karakter seseorang yang sekarang.


2. Values

Apa yang dipercaya dan diyakini, sesuatu yang tidak bisa ditawar. Mencakup nilai teologis, relasi/hubungan, karir, keluarga, finansial, seks, serta permasalahan sosial.


3. Struggles

Jatuh dan bangun yang terjadi di hadapan Tuhan. Kesulitan-kesulitan yang berhasil dilewati dan masih dihadapi.


4. Spiritual Autonomy

Apabila seseorang mengikut Tuhan karena keinginan dan kerinduan hatinya atau hanya ikut-ikutan saja. Berbahaya untuk berpacaran dengan seseorang yang tidak memiliki otonomi spiritual.


5. Friendship

Bagaimana lingkaran persahabatan yang dimilikinya? Terutama persahabatan rohani.


Semakin banyak Anda memahami pasangan Anda, semakin Anda memahami kriteria-kriteria pasangan pernikahan yang cocok. Pada akhirnya, dalam sebuah hubungan pernikahan tidak hanya diisi dengan Anda dan pasangan Anda saja. Namun Anda, pasangan Anda, keluarga Anda, keluarga pasangan Anda, komunitas Anda, dan yang paling penting, Tuhan.



20 views0 comments

Recent Posts

See All

Yorumlar


bottom of page